50 Orang terkaya di Amerika

Februari 17, 2008
Rank Name Net Worth ($bil) Age Residence Source
1 William Gates III 59.0 51 Medina, WA Microsoft
2 Warren Buffett 52.0 77 Omaha, NE Berkshire Hathaway
3 Sheldon Adelson 28.0 74 Las Vegas, NV casinos, hotels
4 Lawrence Ellison 26.0 63 Redwood City, CA Oracle
5 Sergey Brin 18.5 34 Palo Alto, CA Google
5 Larry Page 18.5 34 San Francisco, CA Google
7 Kirk Kerkorian 18.0 90 Los Angeles, CA investments, casinos
8 Michael Dell 17.2 42 Austin, TX Dell
9 Charles Koch 17.0 71 Wichita, KS oil, commodities
9 David Koch 17.0 67 New York, NY oil, commodities
11 Paul Allen 16.8 54 Mercer Island, WA Microsoft, investments
12 Christy Walton & family 16.3 52 Jackson, WY Wal-Mart inheritance
12 Jim Walton 16.3 59 Bentonville, AR Wal-Mart
12 S Robson Walton 16.3 63 Bentonville, AR Wal-Mart
15 Alice Walton 16.1 58 Fort Worth, TX Wal-Mart
16 Steven Ballmer 15.2 51 Hunts Point, WA Microsoft
17 Abigail Johnson 15.0 45 Boston, MA Fidelity
18 Carl Icahn 14.5 71 New York, NY leveraged buyouts
19 Forrest Mars Jr 14.0 76 McLean, VA candy, pet food
19 Jacqueline Mars 14.0 67 Bedminster, NJ candy, pet food
19 John Mars 14.0 71 Arlington, VA candy, pet food
19 Jack Taylor & family 14.0 85 St Louis, MO Enterprise Rent-A-Car
23 Donald Bren 13.0 75 Newport Beach, CA real estate
24 Anne Cox Chambers 12.6 87 Atlanta, GA Cox Enterprises
25 Michael Bloomberg 11.5 65 New York, NY Bloomberg
26 George Kaiser 11.0 65 Tulsa, OK oil & gas, banking
27 Charles Ergen 10.2 54 Denver, CO EchoStar
28 Edward Johnson III 10.0 77 Boston, MA Fidelity
28 Ronald Perelman 10.0 64 New York, NY leveraged buyouts
30 Philip Knight 9.8 69 Beaverton, OR Nike
31 John Kluge 9.5 93 Palm Beach, FL Metromedia
32 Pierre Omidyar 8.9 40 Henderson, NV Ebay
33 Rupert Murdoch 8.8 76 New York, NY News Corp
33 George Soros 8.8 77 Westchester, NY hedge funds
35 Jeffrey Bezos 8.7 43 Seattle, WA Amazon
35 James Goodnight 8.7 64 Cary, NC SAS Institute
37 Donald Newhouse 8.5 77 Somerset County, NJ publishing
37 Samuel Newhouse Jr 8.5 79 New York, NY publishing
39 Dan Duncan 8.2 74 Houston, TX energy
40 Stephen Schwarzman 7.8 60 New York, NY investments
41 Philip Anschutz 7.6 67 Denver, CO investments
41 Sumner Redstone 7.6 84 Beverly Hills, CA Viacom
43 Harold Simmons 7.4 76 Dallas, TX investments
44 John Menard Jr 7.3 67 Eau Claire, WI home improvement stores
45 Leonard Blavatnik 7.2 50 New York, NY Access Industries
46 Eli Broad 7.0 74 Los Angeles, CA investments
47 Steven Cohen 6.8 51 Greenwich, CT hedge funds
48 Eric Schmidt 6.5 52 Atherton, CA Google
49 Robert Rowling 6.4 54 Dallas, TX oil & gas, investments
50 James Kennedy 6.3 59 Atlanta, GA Cox Enterprises
50 Blair Parry-Okedon 6.3 56 Australia Cox Enterprises

 


Saham Tambang Beri Return Tertinggi

Februari 16, 2008

19/07/2007 02:05:48 WIB

JAKARTA, Investor Daily
Saham-saham sektor pertambangan yang masuk kriteria indeks LQ-45 menguasai 10 besar saham dengan return tertinggi hingga pekan kedua Juli 2007. Empat saham pertambangan memberikan return di atas 69%.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memberikan return tertinggi, yakni sebesar 197,1%, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan total return 109,7%, PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) 93%, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 69,7%.
 

Selama periode tersebut, BUMI membukukan capital gain sebesar 191,7% dan dividen yield 5,4%, setelah harga sahamnya menguat dari Rp 900 pada 28 Desember 2006 menjadi Rp 2.625 per 13 Juli 2007. Sedangkan PTBA memberikan gain 90,1% dan dividen yield 3%. Harga PTBA naik ke level Rp 6.700 (per 13 Juli 2007) dari sebelumnya Rp 3.525 (per 28 Desember 2006). Sementara itu, INCO dan ANTM masing-masing membukukan gain sebesar 73,2% serta 65,6%. Dividen yield INCO mencapai 14,7% dan ANTM 4,1%. Bahkan, dividen yield Inco juga tertinggi di antara saham-saham LQ-45 lainnya.    

Untuk tahun buku 2006, Bumi Resources memberikan dividen sebesar Rp 49 per saham, Bukit Asam (Rp 105 per saham), Inco (Rp 4.545 per saham), dan Antam (Rp 326 per saham). 

Bullish

Analis PT Samuel Sekuritas Christine Salim menilai, pada semester II-2007 dan jangka panjang, sektor pertambangan batubara diperkirakan masih bullish. Hal itu terkait dengan permintaan di pasar dunia yang masih tinggi, namun supply batubara kurang. “Tiongkok misalnya. Mereka masih membutuhkan batubara. Sedangkan Australia kekurangan infrastruktur, sehingga tidak banyak memproduksi batubara,” tegas dia.

Christine memperkirakan, prospek PTBA dan BUMI masih menjanjikan untuk satu hingga dua tahun ke depan, seiring meningkatnya permintaan batubara di pasar global. Namun, untuk penghasil nikel, yakni Inco dan Antam, saat ini harganya mulai terkoreksi, sehingga prospek bisnis cukup rawan. “Harga nikel pada semester dua diperkirakan tidak sebagus semester satu. Meskipun demikian, untuk jangka panjang, permintaan nikel masih cukup bagus,” tegas dia. Dia menjelaskan, harga komoditas nikel dan emas masih memiliki prospek cukup cerah. Sedangkan untuk batubara, peningkatan permintaan akan dipicu kenaikan harga minyak dunia, karena dapat menjadi energi alternatif.

Hingga akhir tahun ini, PTBA diperkirakan bergerak di level Rp 6.500. Namun, untuk jangka panjang hingga dua tahun ke depan, harga PTBA bisa mencapai Rp 10.200. “BUMI dapat menuju level Rp 3.100, dan ANTM menembus Rp 2.900 setelah stock split,” ujar dia.Sementara itu, harga INCO diperkirakan mencapai Rp 60.000 pada akhir tahun ini. Christine mengatakan, PTBA dan BUMI masih layak dikoleksi. “Tapi, ANTM dan INCO sebaiknya hold dulu,” imbuhnya. Hal senada diungkapkan Kepala Riset Mega Capital Indonesia Felix Sindhunata. Menurut dia, saham sektor pertambangan masih menarik, karena pergerakannya tergantung pada supply dan demand komoditas tersebut di pasar.

Di sisi lain, kondisi makro ekonomi di dalam maupun luar negeri masih cukup solid.Dalam pandangan dia, Antam akan banyak berekspansi. Sedangkan Inco akan melakukan cost efficiency. Dalam jangka panjang, harga nikel dan batubara diperkirakan cukup bagus, terutama karena sentimen market global. “Itulah yang membawa keuntungan bagi PTBA dan BUMI,” jelas dia. Pada akhir 2007, harga PTBA ditargetkan mencapai Rp 8.000, INCO Rp 67.850 dan Antam pada level Rp 3.320 setelah stock split.

Namun, untuk BUMI belum diperhitungkan. Namun,  analis Trimegah Securities Sebastian Tobing menilai, saat ini sektor pertambangan kurang cerah, karena harga batubara cenderung turun pada akhir tahun ini. Penurunan itu karena di spot market, harga batubara sedang turun. “Begitu juga dengan harga nikel yang cenderung turun, karena ada peralihan dari stainless steel ke non-stainless steel,” kata dia. Target harga BUMI pada akhir 2007 sebesar Rp 2.300, PTBA (Rp 4.100), INCO (Rp 51.000), dan ANTM akan mencapai Rp 2.720 per saham, setelah stock split. (c114/art)


32 Saham Cetak Return di Atas 50%

Februari 16, 2008

JAKARTA, Investor Daily

Sebanyak 32 saham blue chips dan lapis kedua mencetak return di atas 50%. Untuk saham blue chips, tingginya return umumnya didukung fundamental yang kuat, sedangkan saham lapis kedua dipicu oleh aksi korporasi. Saham sektor pertambangan, perbankan, otomotif, dan perkebunan memberikan imbal hasil (return) tinggi dari segi capital gain. Sementara itu, saham-saham emiten BUMN unggul dalam dividend yield.

Demikian hasil pemeringkatan Investor Daily terhadap 100 emiten terbaik pilihan majalah Investor. Peringkat disusun berdasarkan total imbal hasil, yang meliputi capital gain dan dividen, dalam rentang waktu 11 bulan (2 Januari-29 November 2006). Dari 100 saham itu, 72 mencatat return positif dan 28 saham menderita rugi. Davomas memberikan imbal hasil tertinggi, sebesar 550%.

Para analis yang dihubungi Investor Daily berpendapat, saham-saham pencetak return tinggi dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah saham-saham blue chips dan berkapitalisasi besar, umumnya didukung oleh fundamental yang kuat.

Kelompok kedua adalah saham-saham lapis kedua yang likuiditasnya relatif kecil. Kelompok saham ini mampu mencetak return tinggi karena dipicu oleh aksi korporasi.

Saham Perbankan

Menurut analis dari Sinarmas Sekuritas Alfiansyah, saham sektor pertambangan, perbankan, otomotif, dan perkebunan memberikan imbal hasil yang tinggi dari segi capital gain untuk tahun ini.

Saham sektor pertambangan dan perkebunan melejit karena tingginya harga komoditas di pasar global. Sedangkan harga saham perbankan terus menanjak karena tren penurunan suku bunga.

Dari 100 saham yang diperingkat, enam saham perbankan mencetak return di atas 50%, yakni Bank Niaga (140,11%), BRI (78,15%), Bank Mandiri (60,63%), BNI (54,69%), BII (53,86%), dan BCA (53,22%).

Sedangkan Associate Director Prospera AM Josep Chandra menyatakan, dari segi dividend yield, peringkat tertinggi diraih saham-saham badan usaha milik negara (BUMN). “Rata-rata dividen saham BUMN tinggi untuk menutupi kebutuhan defisit anggaran negara,” kata dia.

Analis Citi Pasific Securitis Hendry Effendi menambahkan, tingginya imbal hasil tidak otomatis mencerminkan kinerja emiten.

Dari empat emiten dengan return tertinggi yakni PT Davomas Abadi Tbk (550%), PT Sumalindo Lestari Tbk (171%), PT Bank Niaga Tbk (140%), dan PT Suryainti Permata Tbk (134%), menurut Hendry, hanya Bank Niaga yang mempunyai fundamental dan likuiditas perdagangan cukup baik.

“Bukan berarti tiga perusahaan lain berkinerja buruk. Bank Niaga mempunyai likuiditas perdagangan yang cukup tinggi, sementara likuiditas tiga saham lain lebih dipengaruhi oleh aksi korporasi,” kata dia.

Senada dengan Hendry, analis Danaksakti Securities Arief Budi Satria menegaskan, kenaikan return juga perlu didukung kinerja fundamental seperti kenaikan laba, likuiditas, serta penyebaran saham yang merata.

Return yang tinggi bisa saja terjadi karena saham yang beredar terbatas, sehingga ketika ada aksi korporasi, kenaikan harganya bisa tinggi,” kata dia.

Analis Reliance Securities Pardomuan Sihombing menilai, saham Davomas tetap berpeluang memberi return yang tinggi tahun depan karena terbantu tren kenaikan harga coklat.

Dia menegaskan, saham lapis kedua yang mencetak imbal hasil tinggi bukan kategori saham gorengan. Buktinya, tingginya imbal hasil berlangsung dalam periode cukup lama.

Dalam pandangan analis PT Ekokapital Sekuritas Djoko Rahardjo, keberhasilan saham-saham pencetak return tertinggi sebetulnya terangkat oleh ekspektasi positif para pelaku pasar akan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).

“Terbukti ketika indeks naik ditopang saham blue chips, saham lapis dua dan tiga ikut terimbas positif,” kata dia. Menurut dia, return saham Davomas tinggi karena terpicu rencana penawaran tender yang akhirnya tidak disetujui. Gain saham Sumalindo tinggi akibat masuknya keluarga Sampoerna ke perseroan, sedangkan Bank Niaga karena terimbas tren penurunan suku bunga, di samping kinerjanya cukup fantastis.

Kemudian return Lippo Karawaci bagus (126,8%) karena merupakan perusahaan properti yang memiliki aset terbesar. “Sedangkan Astra Agro di-support harga CPO yang terus membaik dan adanya peningkatan produksi perseroan. Aneka Tambang terdorong harga tambang dan gencarnya ekspansi perusahaan,” ujar Djoko.

Pengamat pasar modal Robin Setiawan menambahkan, sentimen positif pada Davomas dipicu masuknya investor asing dalam kepemilikan saham perseroan. Suryainti Permata terdorong rencana pembelian kembali saham. Lippo Karawaci terpicu obligasinya yang mengalami kelebihan beli dan asing yang selalu memburu saham perseroan.

Khusus sektor perbankan, Josep Chandra menjelaskan, kenaikan harga saham bank ditopang oleh prospek positif tahun depan.

Ia yakin kinerja bank pada semester II-2006 lebih kuat dibanding semester I-20006, karena perbaikan net interest margin (NIM).

Selain itu, kata Josep, valuasi saham perbankan masih berpotensi naik. “Saham bank di Indonesia relatif tidak mahal dibandingkan sektor sejenis di regional,” ungkapnya.

Prospek 2007


Untuk tahun depan, Alfiansyah memperkirakan, saham perbankan akan mencetak gain tinggi, ditopang oleh suku bunga yang rendah serta iklim investasi yang kondusif.

Alfiansyah merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham sektor perbankan, otomotif, infrastruktur, alat berat, dan konsumsi. Analis Henan Putihrai Prayoga Ahmadi Triyono mengemukakan, saham sektor telekomunikasi, perkebunan, dan perbankan akan sangat menguntungkan tahun depan.

“Perbankan bagus karena suku bunga turun, perkebunan karena harga komoditas akan terus bergerak naik, sementara telekomunikasi ditopang oleh mulai ramainya 3G,” ungkapnya.

Secara sektoral, UBS Securities dalam kajiannya memproyeksikan dividend yield sektor perbankan tahun depan sekitar 3,8%, lebih rendah dari sektor telekomunikasi yang mencapai 4,7%. Broker asing itu juga merekomendasikan saham sektor material dasar dan alat berat.

Saham pilihan UBS untuk tahun depan adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, PT United Tractors Tbk, PT Berlian Laju Tanker Tbk, PT Kalbe Farma Tbk , dan PT Bakrie & Brothers Tbk.

Selain saham perbankan, Djoko Rahardjo menegaskan, saham yang diuntungkan penurunan suku bunga adalah saham-saham sektor properti. “Untuk tahun 2007, saham sektor perbankan diyakini menduduki urutan teratas dalam total return, yang diikuti saham-saham properti,” tuturnya.

Dia juga memprediksi saham sektor pertambangan masuk dalam urutan perusahaan yang memberikan total return tertinggi tahun depan. Sebab, kata Djoko, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang positif bagi kinerja perusahaan pertambangan seperti larangan bagi para penambang liar.

Sedangkan Robin Setiawan melihat, saham sektor infrastruktur bakal memberikan dividen yield dan capital gain tertinggi tahun depan. Alasannya, maraknya proyek infrastruktur akan memberikan sentimen positif bagi perseroan terkait. “Tentunya hal itu juga berimbas positif bagi saham sektor semen dan baja,” kata dia.

Pardomuan menambahkan, return saham PT Aneka Tambang Tbk dan Bank Niaga diprediksi tetap tinggi pada tahun depan. Hal itu ditopang oleh tren penurunan suku bunga dan kenaikan harga komoditas. “Saham perbankan, perkebunan, dan pertambangan akan sangat menjanjikan,” ungkapnya. (tp/asp/mdn/amu)

 


Saham WIKA Berpotensi Beri Gain 50%

Februari 16, 2008

JAKARTA, Investor Daily

Penawaran saham umum perdana atau initial public offering (IPO) PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) banyak diminati oleh investor lokal dan asing. Bahkan pesanan dari investor lokal telah melebihi porsi yang ditawarkan. Saham ini akan dilepas pada harga Rp 320-420 per unit.
Kalangan analis berpendapat performa saham WIKA di bursa bakal mengesankan. Investor diperkirakan meraih gain hingga 50% pada perdagangan hari pertama listing serta 100% pada enam bulan ke depan. Menurut Direktur Utama Wijaya Karya A Sutjipto di Jakarta, Selasa (25/9), WIKA akan menawarkan sebanyak 1,84 miliar lembar saham baru atau sekitar 31,7% dari jumlah saham setelah IPO. Dari IPO ini, WIKA meraup dana total Rp 590,76 – 775,38 miliar. Saham WIKA ditawarkan pada kisaran Rp 320-420 per unit. Sutjipto menyebutkan, penawaran saham WIKA mendapat respons bagus dari investor dalam dan luar negeri. Hal ini terbukti dari pre-marketing WIKA kepada investor luar dan dalam negeri, pekan lalu.   “Permintaan dari investor lokal sudah lebih. Tapi itu semua akan kita buktikan pada saat bookbuilding, Rabu ini,” kata dia. Rencananya, WIKA akan melakukan roadshow ke Singapura pada 27-28 September 2007.  Bertindak sebagai penjamin emisi WIKA adalah Bahana Securities, CIMB-GK Securities, dan Indopremier Securities.  

Direktur Investment Banking Bahana Securities Andy Sidharta mengungkapkan, IPO saham WIKA lebih mengutamakan investor berkualitas dan jangka panjang, seperti Jamsostek. Hal ini merupakan strategi untuk stabilisasi harga saham WIKA. 

Potensi Gain 50%

Sementara itu, analis sekuritas asing Robin Setiawan dan analis PT Phillip Securities Indonesia Mustafa Kamil sependapat, saham WIKA bakal memberi keuntungan (gain) yang cukup signifikan pada hari pertama pencatatan di BEJ. Robin menyebut sekitar 50% dari harga perdana, sedangkan Mustafa berkisar 20-30%.  Ada sejumlah alasan yang mendasari. Pertama, prospek perseroan sangat bagus karena ke depan pemerintah banyak membangun proyek infrastruktur. Apalagi sebagai BUMN, kans WIKA untuk memperoleh proyek pemerintah lebih besar ketimbang perusahaan swasta.  Kedua, berdasarkan pengalaman IPO saham sejenis, seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), performa keduanya sangat bagus di pasar modal. Robin dan Mustafa yakin investor tidak akan kapok memburu saham BUMN. Investor tidak akan trauma dengan saham BNI yang anjlok pada pencatatan hari pertama hingga saat ini yang belum melampaui harga perdana. “Apalagi, investor asing yang selalu main jangka menengah-panjang sangat menyukai saham-saham perusahaan pemerintah,” ujar Robin.  Analis PT Mahakarya Securities Willy Sanjaya mengatakan, kisaran harga IPO saham Wika sangat pantas. Apalagi, jika dibandingkan dua emiten kompetitor lainnya, yakni PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) yang dua kali dibanding harga WIKA, sementara harga saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 12 kali harga WIKA. “Kalau dibandingkan dengan kompetitor, harga penawaran WIKA sudah terdiskon banyak,” kata Willy. 

Menurut Willy, dalam enam bulan ke depan, investor diperkirakan mendapatkan capital gain 100%. Selain itu, IPO WIKA dinilai tepat waktu, lantaran kondisi pasar sudah membaik. Masuknya WIKA ke bursa akan menambah variasi pada perusahaan sektor konstruksi. 

Gain IPO Tiongkok 250%

Perolehan gain yang menggiurkan terjadi dalam penawaran perdana saham di Tiongkok. Pada hari pertama pencatatan di bursa, investor bisa mengantungi gain ratusan persen.

Enam emiten di Tiongkok yang baru-baru ini menawarkan sahamnya ke publik rata-rata memberikan kenaikan harga sebesar 250% pada hari pertama perdagangan di bursa.

“Investor menilai, ini irasional. Namun, selama perekonomian Tiongkok terus bergerak, bank-bank akan memberikan hasil kinerja yang optimum,” kata Wang Xu, analis pada China Universal Asset Management Co di Shanghai, yang memiliki 6,5 juta saham Construction Bank.  

Saham BUMN perbankan, China Construction Bank mampu memberikan gain hingga 40% pada saat listing perdana. Bank terbesar ketiga di Tiongkok tersebut melepas sekitar 8,9 miliar saham senilai 58 miliar yuan (US$ 7,7 miliar) pada harga 6,45 yuan per saham. 

Dana Hasil IPO

Tentang dana hasil IPO WIKA, Sutjipto mengatakan, seluruhnya akan masuk ke dalam kas internal WIKA. Sekitar 20% dari total dana atau Rp 118,15 – 155,07 miliar digunakan untuk penguatan modal kerja proyek dalam negeri. Sementara itu, 40%-nya untuk pengembangan usaha konstruksi di luar negeri dan engineering procurement construction (EPC). Sedangkan 40% sisanya untuk investasi dan pengembangan proyek infrastruktur.  Dari 1,84 miliar lembar saham baru tadi, sebanyak 1,6 miliar saham ditawarkan untuk publik dan employee and management stock allocation (ESA). Sisanya dialokasikan untuk employee stock option (ESOP) dan management stock option (MSOP). Menurut Direktur WIKA Slamet Maryono, program ESOP dan MSOP akan dilakukan dua kali yakni tahun 2007 dan 2008.  Saat ini price to earning ratio (PER) saham WIKA sebesar 15,97 kali hingga 20,97 kali, dihitung dari proyeksi laba bersih tahun 2007. Menurut Andy Sidharta, PER WIKA sebanding dengan PER saham emiten konstruksi TOTAL dan ADHI yang sekitar 15-20 kali.  Tahun ini, WIKA menargetkan laba bersih Rp 117 miliar atau meningkat 23,15% dari laba bersih 2006 sebesar Rp 95 miliar. Sedangkan target laba bersih tahun 2008 sebesar Rp 167 miliar. Hingga kuartal III-2007, WIKA telah membukukan laba bersih Rp 100 miliar. Target penjualan tahun ini sebesar Rp 4 triliun dan tahun depan Rp 6 triliun. (c108/c114/asp/art)

 


84 SAHAM RAIH GAIN 100%-3.940%, IHSG Peringkat 3 Asia Pasifik

Februari 16, 2008
Oleh: Hari Gunarto dan Jauhari Mahardika

JAKARTA, Investor Daily
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup positif 6,12 poin ke level 2.745,8 atau mencatat gain 52,1% sepanjang 2007. Performa itu menempatkan IHSG BEI berada di peringkat ketiga di bursa utama Asia Pasifik.

IHSG yang cenderung negatif sepanjang sesi siang akhirnya ‘bermanuver’ pada menit-menit jelang penutupan, di tengah tekanan mayoritas indeks bursa regional yang bergerak negatif.
 Prestasi IHSG berada di bawah dua bursa Tiongkok, yakni Shenzen yang meraih gain 165% dan bursa Shanghai dengan gain 107,4%. Kinerja BEI itu sedikit di bawah return sepanjang 2006 yang mencapai 55,6%. IHSG pernah tembus 2.810,962 pada 11 Desember 2007.

Penutupan perdagangan di BEI kemarin dilakukan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, didampingi Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany dan Dirut BEI Erry Firmansyah. Penutupan bursa diwarnai peniupan terompet secara serentak oleh jajaran direksi BEI, pejabat Bapepam-LK, pejabat Self Regulatory Organisation (SRO), perwakilan emiten, dan para analis.  Sementara itu, di kawasan regional, indeks Hang Seng di bursa Hong Kong hanya mencatat gain 37,1%, bursa Korsel (Kospi) sebesar 32,2%, bursa Malaysia (KLSE) 32%, dan Thailand 26%.         
Prestasi individual saham di BEI cukup fantastis. Setidaknya terdapat 84 saham yang memberikan gain di atas 100% hingga yang tertinggi 3.940% sepanjang 2007. Dari jumlah itu, 25 saham memberikan hasil di atas 300%.
         
Khusus kelompok saham likuid yang tergabung dalam LQ45, terdapat 22 saham yang memberikan gain di atas 50%. Top gainers tersebut umumnya didominasi oleh saham-saham pertambangan, energi, dan agribisnis. Saham perbankan LQ45 memberikan gain antara 17% hingga 43%.
         
Gain tertinggi direguk PT Bumi Resources Tbk yang mereguk untung hingga 567%, disusul PT Timah Tbk 548,6%, PT Barito Pacific 337,5%, PT Tambang Batubara Tbk 240,4%, dan PT Bakrieland Tbk 217,9%.
         
Enam saham kelompok Bakrie masuk dalam top 20 dalam perolehan gain. Selain Bumi Resources dan Bakrie Land, tercatat PT Energi Mega Persada memberikan gain 186,5%, PT Bakrie Sumatra Plantations 134,5%, Bakrie & Brothers 87,1%, serta Bakrie Telecom naik 71,4%.

         
Dari sisi sektoral, indeks sektor pertambangan tumbuh paling tinggi, mencapai 250%. Kemudian disusul indeks saham sektor pertanian yang naik 126% dan saham properti sebesar 105%.

Kapitalisasi Rp 1.982 Triliun

Sri Mulyani menegaskan, pencapaian pasar modal tahun ini sangat bagus. Hal itu mencerminkan pertumbuhan fundamental perekonomian Indonesia serta tingginya kepercayaan investor asing maupun lokal. Dia berharap, pasar modal kelak tidak hanya akan memberi keuntungan bagi diri sendiri tetapi juga bagi sektor riil. “Saya berharap indeks di BEI dapat memecahkan rekor terus menerus,” kata Sri Mulyani.  Menurut Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany, nilai kapitalisasi pasar BEI pada akhir 2007 mencapai Rp 1.982,7 triliun atau meningkat 58,73% dibanding2006 sebesar Rp 1.249,1 triliun. Pertumbuhan itu meningkatkan kontribusi pasar modal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari 37,42% menjadi 67%. “Kami optimistis, pasar modal tahun depan menyumbang 75% dari PDB,” kata dia. Dirut BEI Erry Firmansyah menambahkan, meski pertumbuhan indeks BEI menempati posisi ketiga di Asia Pasifik, kontribusi kapitalisasi pasar BEI terhadap PDB masih tertinggal dibandingkan bursa negara tetangga yang mencapai 150%.  Total nilai transaksi saham di BEI tahun ini mencapai Rp 1.042,9 triliun atau meningkat 133,99% dibandingkan 2006 sebesar Rp 445,71 triliun. Rata-rata transaksi harian juga naik signifikan, yaitu 131,52%, dari Rp 1,84 triliun menjadi Rp 4,26 triliun. “Pada 2008, BEI memproyeksikan transaksi harian saham bisa tumbuh 20%-30%,” tandas Erry. BEI juga optimistis target jumlah investor ritel sebesar 2 juta orang bakal tercapai pada 2008, dari posisi saat ini 750.000-1 juta investor. “Perbandingan antara investor lokal dan asing sudah 50% : 50% dari sebelumnya 70% asing dan 30% lokal,” jelas Erry. Pada tahun ini, nilai emisi saham di BEI mencapai Rp 17,18 triliun atau tumbuh 470,8% dibandingkan 2006 yang hanya Rp 3,01 triliun. Untuk rights issue, nilai emisinya mencapai Rp 29,8 triliun atau meningkat 205,3% dibandingkan 2006 sebesar Rp 9,76 triliun. Tahun ini ada 24 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) atau meningkat 100% dibandingkan 2006 sebanyak 12 perusahaan. “Tahun 2008, kami targetkan IPO saham 30 emiten,” kata Erry. 

Selain saham, BEI mencatat ada 39 perusahaan yang emisi obligasi atau naik 178,57% dibandingkan 14 perusahaan tahun lalu. Total nilai emisi obligasi juga melonjak 173% dari Rp 11,45 triliun menjadi Rp 31,275 triliun.

IPO Penggerak IHSG

Analis PT Dongsuh Kolibindo Securities Ryan Ariadi Suwarno mengatakan, ada sejumlah faktor penggerak indeks selama 2007, terutama adalah IPO saham beberapa perusahaan besar seperti PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) serta dua BUMN, yakni PT Jasa Marga Tbk (JSMR) serta PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).  Faktor lainnya adalah pulihnya konsumsi masyarakat yang ditunjukkan oleh membaiknya penjualan mobil selama 2007. Kinerja emiten berbasis sumber daya alam, terutama batubara serta minyak dan gas juga mendorong kenaikan indeks. Analis PT Investindo Nusantara Sekuritas Arief Budisatria dan analis sekuritas asing Robin Setiawan sependapat, saham komoditas dan energi menjadi motor penggerak IHSG tahun ini.

Faktor positif lainnya adalah banyaknya IPO saham, kondisi makro ekonomi yang positif, ditopang penurunan suku bunga acuan (The Fed dan BI rate), serta inflasi yang terkendali.

Sedangkan untuk tahun depan, Kepala Riset PT BNI Securities Norico Gaman memprediksi indeks berpeluang menembus level 3.200 hingga 3.500. Investor asing masih akan melirik bursa emerging market, karena berpeluang memberikan capital gain lebih besar di banding AS dan Eropa. Arief Budisatria menambahkan, pergerakan indeks tahun depan masih mencermati harga minyak mentah dunia dan tingkat suku bunga yang bakal menjadi pemicu terjadinya inflasi global. “Kalau terjadi inflasi, indeks akan terkoreksi. Sebaliknya, jika harga minyak turun dan subprime mortgage teratasi,  diperkirakan pasar bergairah kembali dengan kisaran 2.200-3.200,” tambah dia. Robin Setiawan memperkirakan, selain faktor global, pada tahun depan bursa domestik sangat dipengaruhi situasi politik domestik menjelang Pemilu 2009.  Kendati demikian, dia optimistis, indeks masih bergerak positif bila semua ekspektasi makro ekonomi dan suhu politik sesuai harapan. Pasalnya, pada tahun depan bakal ada sejumlah perusahaan BUMN maupun swasta yang menggelar IPO. “Berdasarkan historikal, setiap IPO saham akan mendatangkan gain dan menjadi penggerak bagi saham sejenis yang sudah listing,” ujar Robin. ***